Identitas Buku
Judul Buku :
Kiat Memimpin dalam Abad ke-21
Pengarang :
Prof. Dr. Veithzal Rivai, M. B. A
Penerbit :
PT Raja Grafindo Persada
Tahun terbit :
2004
Jumlah halaman : 356
Banyak orang
yang berpendapat bahwa inti dari kepemimpinan adalah memerintah. Pemimpin
dikatakan hebat jika ia berhasil membuat pengikutnya mengikuti semua
perintahnya. Apakah itu arti sebenarnya dari kepemimpinan? Saya rasa bukan.
Kepemimpinan adalah hal yang fleksibel dan tergantung dengan zaman. Karena ia bisa menjadi tidak sesuai
lagi digunakan dalam masa tertentu padahal sangat efektif digunakan pada masa
sebelumnya. Hal ini saya simpulkan dari buku karya Prof. Dr. Veithzal Rivai, M. B. A.
Abad 21
adalah sebuah abad revolusi teknologi yang
kemudian di ikuti dengan revolusi
dalam aspek kehidupan yang lainnya. Hal ini disebabkan semakin meleburnya
garis-garis batas antar negara. Adanya revolusi teknologi yang membawa
perubahan pola hidup manusia akhirnya juga membawa perubahan pola pikir. Dengan
adanya persaingan yang semakin mengganas, manusia pun dipaksa untuk punya kelebihan
agar lebih unggul dari yang lain. Sifat asli manusia yang cenderung ingin
menata hidupnya dengan caranya sendiri kini telah mendapatkan wadah yang tepat
dengan adanya Hak Asasi Manusia. Karena itu, pola kepemimpinan lama yang lebih
menekankan kepada bagaimana membuat orang lain mengikuti perintah kita dirasa
sudah tidak relevan lagi diterapkan pada masa sekarang. Lalu bagaimakah tipe
kepemimpinan yang tepat untuk abad ini?
Dalam
buku ini diberikan sebuah gambaran yang dijelaskan secara gamblang hingga
mungkin lebih pantas untuk dikatakan sebagai penjelasan dari gambaran tentang bagaimanakah kepemimpinan sekarang
seharusnya.
Sosok
pemimpin yang dicari di abad ini bukanlah pemimpin – pemimpin heroik seperti Hitler,
namun, yang dicari adalah sosok
pemimpin-pemimpin hebat yang dapat mengembangkan potensi pengikutnya. Dunia
membutuhkan pemimpin yang bukan hanya bisa memerintah saja, tapi ia juga bisa
mengarahkan semua sumber daya dan potensi yang dipunyai oleh
pengikut-pengikutnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas serta tanggung jawab
mereka dengan cara mereka sendiri.
Oleh karena
itu, ada terobosan bentuk kepemimpinan baru yang
bernama Superleader. Konsep kepemimpinan ini lebih tepat diterapkan di
era teknologi ini dibanding 3 bentuk lainnya, yakni strongman (diktator),
the transactor (bekerja bila ada penghargaan), dan visionary hero
(pemimin karismatik). Dalam konsep kepemimpinan ini, tidak ada yang namanya
pemimpin (leader) dan pengikut (follower). Yang ada hanyalah Superleader
dan Self-leader.
Superleader merupakan orang yang memimpin orang lain
untuk memimpin dirinya sendiri. Sedangkan Self-leader adalah hasil
cetakan seorang superleader yang diharapkan nantinya bisa memimpin
dirinya sendiri dalam setiap pekerjaannya. Analogi dari sistem ini adalah dalam
sebuah perusahaan, karyawan bukanlah lagi mereka yang hanya mengikuti apa yang
diperintahkan oleh bossnya. Namun, karyawan adalah orang yang diberikan
tanggungjawab oleh bossnya berupa pekerjaan yang nantinya akan dikerjakan oleh
karyawan tersebut dengan caranya sendiri. Proses kepemimpinan ini bukan lagi
dengan mempengaruhi orang lain agar ia mengikuti apa yang kita minta. Namun,
proses kepemimpinan dalam tipe ini adalah bagaimana menyiapkan serta mencetak selfleader-selfleader
baru agar ia secara independent mampu memimpin dirinya sendiri untuk
memenuhi tuntutan kehidupan yang semakin banyak.
Dengan
pembahasan yang sangat lengkap menurut saya, buku ini kemudian mengajak kita
untuk terus menulusuri apa saja yang mesti dimiliki manusia untuk menjadi
seorang leader. Kreativitas, pengandalian emosi, ketegasan dalam
menghadapi pilihan, kemampuan memotivasi, kemampuan mengatasi masalah,
kemampuan berkomunikasi, serta penerapan manajemen peran serta adalah materi
wajib yang harus dimiliki setiap individu jika ingin memunculkan jiwa self
leader dalam dirinya. Semua sudah dijelaskan dalam buku ini dengan sangat
lengkap hingga hal-hal yang terkecil.
Buku
ini tidak hanya memberikan kita suatu gambaran umum tentang kepemimpinan. Buku
ini menyajikan semua tentang kepemimpinan sampai ke akar-akarnya, sehingga
setelah membaca buku ini saya langsung bisa mengidentifikasi seperti apakah
sebuah kepemimpinan itu. Terlebih lagi ketika membahas tentang cara, misalnya kiat
mengatasi konflik, buku ini tidak hanya mengandung teori-teori belaka yang
kadang-kadang membuat kita bingung sendiri bagaimana cara menerapkannya. Atau
bahkan kadang cara yang diberikan sangat tidak relevan jika diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari karena terlalu bersifat teoritis dan konseptual. Di sini,
penulis sering memberikan saran berupa langkah-langkah serta panduan bagaimana menerapkan
konsep-konsep yang sudah ada. Sehingga, kita pun mengerti dan punya gambaran
awal bagaimana kiat akan melakukannya atau setidaknya penulis telah menunjukkan
tanggung jawabnya kepada pembaca dengan memberikan konsep yang memang bisa
diterapkan dalam kehidupan. Hal ini bisa menjadi salah satu kelebihan dari buku
ini.
Sebenarnya,
hanya dengan melihat judul buku ini, banyak yang akan tertarik untuk membaca
buku ini karena tema besar yang diangkat adalah tentang kepemimpinan. Sebuah
topik pembicaraan yang sampai sekarang masih menjadi topik ter-earcatching
untuk dibicarakan. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat memang ada jiwa
kepemimpinan dalam setiap diri manusia. Namun, ada beberapa hal yang membuat
saya labih tertarik membaca buku ini daripada buku lainnya. Yang pertama, buku
ini tidak hanya bersifat konseptual, tapi penulis mencantumkan hal-hal konkret
seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya.
Yang kedua, buku ini dilengkapi dengan
tabel-tabel disamping adanya penjelasan ketika akan membandingkan satu hal
dengan yang lainnya. Sehingga memudahkan orang seperti saya yang memang tidak
suka membaca teks-teks panjang yang monoton hanya disajikan dalam bentuk
narasi.
Ketiga,
penyajiannya dalam bentuk point-point dan setiap sub judulnya pembahasannya
tidak terlalu panjang yang sekali lagi memudahkan orang-orang dengan tipe
seperti saya. Yang ke empat, buku ini dilengkapi dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan
hadits yang memang kadang lebih punya banyak kosakata untuk menggambarkan
sesuatu. Misalnya saja ketika penulis ingin menggambarkan
seperti apa pemimpin sebenarnya. Pemimpin abad 21 adalah pemimpin yang seperti disebutkan dalam
surat An-Nur ayat 66
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ
كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ
الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya:
“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan
barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.”(QS. An-Nur (24):55)
Ayat
ini lebih bisa langsung menggambarkan bahwa pemimpin yang dicari saat ini adalah pemimpin yang آمَنُوا
مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَات
(beriman dan beramal saleh).
Pernyataan ini tentu saja langsung memberikan suatu pancingan bahwa yang
namanya pemimpin adalah orang-orang yang lurus akhlaknya, baik budinya, jujur,
tangging jawab, adil serta bijaksana. Pemimpin adalah mereka yang bisa
menempatkna dirinya dalam posisi yang baik dan benar.
Cukuplah
di sini kita melihat bahwa kepemimpinan yang hebat
sebenarnya bukanlah dilihat dari faktor luar, tapi dilihat dari apa yang ada
dalam dirinya sendiri. Sungguh benar jika ada yang bilang “anda tidak akan
menjadi pemimpin sebelum anda selesai dengan diri anda sendiri”. Ketika kita
sudah mampu memimpin diri kita sendiri dengan baik, maka kita akan terlihat
baik di mata orang lain karena bisa menempatkan segalanya dengan baik dan
benar.
Atau
misalnya ketika ingin memberikan gambaran tentang kepribadian seorang pemimpin,
maka penulis langsung mengambil surat Al Ahzab (33): 21 sebagai referensinya.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”
Pengambilan
contoh dari orang-orang hebat ini pula yang membuat saya terus tertarik membaca
buku ini hingga selesai. Hal ini bisa memberikan gambaran atau bahkan mindcontrol
pada kita, kemanakah kita bisa berkiblat jika kita ingin menjadi seorang
pemimpin. Dan untuk kali ini, sangat tepat menjadikan Rasulullah SAW sebagai
contoh karena memang beliaulah tokoh yang bisa dikatakan berhasil dalam semua
urusan keduniaan di samping keakhiratan. Hal ini sudah diakui oleh seluruh
bangsa di dunia. Bahkan dalam salah satu karya Michelle Hart, Rasulullah
ditempatkan sebagai orang pertama yang paling berpengaruh sepanjang masa.
Sayangnya
ada beberapa hal yang membuat buku ini terasa kurang. Bahkan, pada awalnya saya
sempat merasa bosan untuk membaca buku ini. Hal ini disebabkan banyak kalimat
yang kurang efektif digunakan. Hal ini membuat saya merasa bingung sendiri apa
sebenarnya yang dimaksudkan oleh penulis. Selain itu, ada juga beberapa kalimat
yang struktur kalimatnya salah. Mungkin selanjutnya bisa dipertimbangkan untuk
menggunakan editor agar pembaca juga nyaman dalam membaca buku ini.
Secara
keseluruhan buku ini sangatlah menarik untuk dibaca. Dengan topik yang begitu
menyenangkan buku ini dapat menarik masyarakat untuk membelinya atau paling tidak membacanya secara scanning.
Buku ini memberikan inspirasi dan pencerdasan kepada kita bahwa kepemimpinan bukan hanya
memerintah dan memengaruhi, tapi pemimpin adalah orang yang seperti dikatakan
oleh seorang senior saya yang
bernama Johan Rio Pamungkas, salah seorang aktivis mahasiswa UI, bahwa mereka bagai 5 jari dalam
organisasi.
Jempol, dialah motivator.
Telunjuk, dialah instruktor dan pemberi arah kerja.
Jari tengah, dialah penengah dan hakim jika terjadi perselisihan
ataupun kesalahpahaman dalam organisasi.
Jari manis,dialah pelengkap.
Kelingking, dialah pelayan.
Pemimpin adalah orang yang bisa
menggunakan dan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang dipunyai oleh sumberdaya
manusia yang dimilikinya.
Pemimpin adalah mereka yang
bisa mengarahkan orang lain untuk bisa memimpin dirinya sendiri.