Pages

Minggu, 15 Juli 2012

Budaya dalam Perspektif Islam


Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang dapat diartikan sebagai hal-hal berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture. Berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa juga diartikan mengolah tanah atau bertani. Kata culture, juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.  
Budaya merupakan sesuatu yang unik karena budaya memiliki ruang lingkupnya tersendiri. Tidak akan ada budaya yang dinilai tidak baik selama masyarakat yang menganutnya menilai budaya tersebut baik. Apakah budaya itu benar atau salah ditentukan sendiri oleh nilai yang dianut dan diyakini oleh individu-individu dalam masyarakat tersebut.  Justru jika ada seseorang yang tiba-tiba masuk dalam lingkup suatu budaya yang dia anggap tidak baik sehingga ia tidak menerima dan mengikutinya maka ia lah yang akan dipandang tidak baik dalam masyarakat tersebut.
Kita baru bisa mengetahui apakah suatu budaya bernilai baik atau tidak ketika budaya tersebut telah dibawa keluar dari zona amannya dan diperkenalkan dalam masyarakat yang lebih luas serta disandingkan dengan budaya lainnya.
Islam dengan syari’at serta peraturannya telah menetapkan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu budaya agar ia dianggap benar atau salah. Dalam islam, nilai kebenaran dalam suatu budaya bukanlah diatur oleh manusia yang menganut budaya itu sendiri, melainkan oleh syari’at yang telah ditetapkan langsung oleh Allah SWT. melalui kitab-Nya serta Rasul-Nya. Dengan kata lain bukan agama yang mengikuti budaya, tapi budaya lah yang harus sesuai dengan agama. Namun, bukan berarti islam datang dengan menghapus budaya masyarakat terdahulu yang masih mengagung-agungkan budaya nenek moyangnya. Islam datang dengan kedamaian dan kebaikan. Karena itu, Rasulullah SAW. Memperkenalkan ajaran Islam tanpa menghilangkan semua budaya jahiliyyah. Dengan kebijaksanaannya, beliau hanya membuang budaya jahiliyyah yang bertentangan denagn ajaran islam dan mempertahankan yang masih sesuai tentunya dengan sedikit merombaknya agar benar-benar terbebas dari unsur syirik, kefasikan, serta kemaksiatan.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa islam sangatlah menghargai suatu budaya yang dianut dalam suatu masyarakat karena budaya memang memang menjadi salah satu bagian, ciri, serta identitas dari suatu masyarakat yang sangat sulit untuk dipisahkan. Islam pun tidak mengajarkan umatnya untuk meninggalkan semua budaya nenek moyangnya dan hanya melakukan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Budaya apapun boleh dipertahankan asalkan tidak bertentang dengan syari’at islam, yang meliputi 1) tidak mengandung unsur syirik, kafir, sarta fasik dalam bentuk apapun, 2) tidak mengandung unsur kemaksiatan, kekerasan, serta kemunkaran, dan 3) tidak melanggar seluruh peraturan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Hanya saja memang sangat sedikit budaya nenek moyang yang sesuai dengan syari’at islam karena sedikit banyak didalamnya pasti akan ada unsur agama maupun kepercayaan orang-orang dahulu yang terbawa. Disinilah dibutuhkan ketelitian umat islam untuk memiliah-milah budaya serta kreativitas untuk memoles suatu budaya di sana-sini agar benar-benar terbebas dari unsur syirik serta sesuai dengan syari’at islam.


Daftar Pustaka
Zubair, Ahmad Harris. Kebudayaan.
al-Atsari, Abu Ihsan. Pandangan Islam Terhadap Kebudayaan. http://www.almanhaj.or.id/content/2643/slash/ (8 Mei 2010)

0 komentar:

Posting Komentar