Wanita
Bukan dari tulang ubun ia dicipta
Karena berbahaya membiarkannya dalam sanjung dan puja
Bukan juga dari tulang kaki
Karena nista membuatnya diinjak dan diperbudak
Tapi dari tulang rusuk bagian kiri
dekat dihati untuk disayangi
Dekat ditangan untuk dilindungi[1]
Begitu mulianya makhluk yang bernama wanita ini. Sayangnya kata wanita sering diidentikkan dengan kelemahan, manja, dan tidak dapat melindungi dirinya sendiri. “Apalagi muslimah. Nggak boleh keluar rumah, nggak boleh bekerja, nggak boleh ini, nggak boleh itu, pokoknya nggak boleh semua, deh. Yang boleh cuma ngelayanin suami”, banyak orang yang berpendapat seperti ini.
Seandainya orang-orang yang mengatakan hal itu pernah mendengar kisah Ummu Sulaim yang sedang hamil senantiasa memegang pisau dalam perang hunain untuk melindungi dirinya dan anaknya dengan bersiap-siap merobek perut setiap musuh yang menghampirinya. Atau kisah Ummu ‘Imarah Al-Anshariyah dalam perang uhud. Maka tidak akan ada lagi yang mengatakan bahwa wanita itu lemah dan tidak berdaya. Karena dibalik kelembutannya, terdapat kekuatan yang melebihi kekuatan hempasan ombak dilautan yang tidak dapat menghancurkan karang. Dibalik keteduhannya, terdapat ketegaran yang kuatnya bagai karang yang tak pernah lapuk dihempas gelombang. Bahkan, sejak semula penciptaannya pun Allah sudah mengistimewakannya.
Namun, seiring berjalannya waktu, sosok ini seakan kehilangan jati dirinya. Saat ini, wanita seakan hanyalah nama jenis kelamin. Tidak ada lagi keistimewaan serta kekhususan yang tersembunyi didalamnya. Padahal selama ini Islam selalu menjaga dan melindungi fitrah wanita sebagai wanita itu sendiri. Hal ini tidak lepas dari peran oknum-oknum tertentu untuk menyuarakan adanya emansipasi wanita.
Emansipasi wanita tentu saja tidak salah. Islam pun tidak pernah melarang hal ini. Seperti cerita di atas, Islam tidak pernah melarang wanita untuk keluar rumah. Sejak jaman Rasulullah pun, Wanita dan laki-laki dianggap sama hak serta kewajibannya.
Hanya saja jika sampai ada beberapa tokoh serta golongan yang menginginkan wanita disamakan dengan kaum laki-laki dalam segala hal, inilah yang perlu dipertanyakan. Pada hakikatnya, ada wilayah-wilayah yang dimiliki oleh perempuan yang tidak bisa dimasuki oleh laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Ada banyak wilayah-wilayah yang dimiliki oleh laki-laki yang tidak bisadimasuki oleh perempuan. Karena itu, Allah menciptakan dua, laki-laki dan perempuan. Dan tidak mungkin jika keduanya sama dalam semua hal.
Berbagai pertanyaan maupun pernyataan ‘menyesatkan’ muncul. “Kenapa wanita harus memakai jilbab sedangkan laki-laki boleh terbuka? Kenapa wanita dilarang ini itu, sedangkan laki-laki boleh melakukan apa saja?” Pertanyaan-pertanyaan semacam ini yang muncul bersamaan dengan bisikan syetan akhirnya membuat banyak orang tidak sanggup membuka mata serta hetinya untuk menerima kebenaran. Bahwa semua syari’at Islam yang dikhususkan untuk muslimah dimaksudkan untuk kebaikan muslimah itu pada khususnya dan seluruh umat manusia pada umumnya.
Pernyataan-pernyataan yang biasanya bermula dari rasa ingi terbebasnya beberapa muslimah dari berbagai syari’at Islam akhirnya mencetuskan beberapa paradigma bahwa Islam itu tidak adil pada muslimah atau hak muslimah sangat sedikit dibanding laki-laki dan tidak setara dengan kewajibannya. Padahal, jika kita kembali pada ayat Al-Qur’an maupun Hadits tentang wanita maka akan terlihat sebenarnya Islam adalah agama yang sangat menghormati hak-hak serta martabat muslimah.
Misalnya saja, perintah berhijab dan menutupi aurat dalam suran Al-Ahzab: 59 ini.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمً
Artinya:
Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.
Sebenarnya, menutupi aurat bukan hanya diwajibkan bagi muslimah saja, tapi juga untuk muslimin. Hanya saja bagian tubuh yang ditutupi berbeda. Jika muslimah diwajibkan untuk menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangan, laki-laki hanya diwajibkan untuk menutupi bagian pusar hingga lutut. Inilah keistimewaan muslimah. Wanita dianugerahi tubuh yang sangat indah oleh Allah SWT. Hingga ada yang mengumpamakan tubuh wanita seperti gitar spanyol. Keindahan tubuh wanita ini bisa memikat laki-laki manapun dan meningkatkan nafsu birahi serta syahwatnya. Jika yang kebetulan melihat adalah orang yang tidak kuat imannya atau bahkan mungkin seorang penjahat kelas kakap maka niat-niat untuk melakukan kejahatan terhadap si wanita itu sendiri pasti akan muncul. Apalagi kalau kesempatan ada, misalnya ditempat sepi, gelap, dan sendirian maka yang terjadi terjadilah.
Inilah yang ditakutkan akan terjadi. Wanita dengan kelembutan tutur serta budinya, dengan keramahannya, sopan santunnya, kecantikan wajahnya, serta keelokan tubuhnya, dapat dengan mudah memikat hati siapapun. Karena itu, Allah telah memberikan proteksi yang lebih istimewa untuk wanita yang istimewa, yakni hijab.
Selain itu, Penelitian ilmiah kontemporer telah menemukan bahwa perempuan yang tidak berjilbab serta berpakaian tetapi ketat atau transparan akan mengalami berbagai penyakit kanker ganas di sekujur anggota tubuhnya yang terbuka. Majalah kedokteran Inggris melansir hasil penelitian ilmiah ini dengan mengutip beberapa fakta, diantaranya bahwasanya kanker ganas milanoma pada usia dini akan semakin bertambah dan menyebar sampai di kaki. Sebab utama penyakit kanker ganas ini adalah pakaian ketat yang dikenakan oleh putri-putri di terik matahari, dalam waktu yang panjang setelah bertahun-tahun[2].
Karena itu, hijab yang kita kenakan pun harus sesuai dengan syari’at, yakni yang benar-benar menutupi aurat kita. Tidak tipis, ketat dan tidak transparan.
Namun, hijab tubuh pun belum cukup. Untuk menyempurnakannya, harus dilengkapi dengan hijab hati dan hijab mata. Hijab hati dan mata untuk menghindari virus-virus yang dapat menodai cinta suci kita kepada Allah semata bagi yang belum terikat dalam bingkai suci pernikahan. Serta untuk menjaga jalinan suci pernikahan (bagi yang sudah menikah) agar tidak ada yang namanya wanita ‘idaman’ lain atau pria ‘idaman’ lain.
Ini termasuk kita untuk menjaga harga diri, kesucian, serta kehormatan kita sebagai wanita yang merupakan harta milik kita yang paling berharga.
Selain itu, wanita juga memiliki sebuah tugas besar yang oleh Allah hanya dipercayakan kepadanya. Yakni, mencetak generasi-generasi masa depan yang berkualitas. Dari perutnya lah tokoh-tokoh besar lahir. Dari asuhannya lah tauladan-tauladan tercipta. Dari balik dukungannya lah kebanggaan-kebanggaan umat manusia muncul. Inilah wanita.
Karena itu, sebagai muslimah kita harus memiliki kesabaran serta keteguhan hati yang tiada pernah mati untuk selalu menjadi orang yang berada dibalik keberhasilan keluarga kita. Menemani mereka saat sendirian, menjadi guru saat belajar, mendukung saat sedang lelah, menasehati saat mereka lupa, serta memberikan senyuman saat semua sedang menekuk mukanya, semua ini hanya bisa dilakukan oleh seorang wanita mulia yang bernama ibu. Lagi-lagi Islam sangat menghargai fitrah muslimah sebagai wanita. Karena itu, Islam menganjurkan-bukan mengharuskan- wanita agar tetap dirumah untuk mengurus suami serta putra-putrinya dan mempersiapkan mereka untuk menjadi manusia-manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Dan tidak salah memang jika ada pepatah yang mengatakan, “ dibalik orang sukses terdapat sosok wanita yang hebat”.
Untuk menghadapi modernisasi, dimana tingkat kebutuhan manusia semakin meningkat dan dibarengi dengan tingkat kemunculan masalah yang meningkat pula, muslimah dituntut untuk lebih cerdas, bertalenta, kreatif, serta inovatif. Hal ini dikarenakan di dalam rumah tangga, wanita adalah seorang manager. Dia yang mengatur pergerakan serta perputaran kehidupan dalam rumah tersebut. Karena itu, dia dituntut mempunyai semua keahlian yanga akan membantunya memenjadi garda terdepan dalam penyelesaian masalah rumah tangga. Kemampuan manajerial ini juga sangat dibutuhkan oleh muslimah-muslimah yang memutuskan terjun dalam dunia karier. Jangan sampai karena dia sibuk dengan pekerjaannya, ia menelantarkan keluarganya. Kecerdasan serta keterampilan untuk mengatur dan menyeimbangkan antara dunia kerja dengan rumah tangganya sangat diperlukan di sini. Sehingga tidak akan ada yang merasa dikorbankan.
Wanita seperti inilah yang dibutuhkan pada abad ini.
Wanita Shalihah, kalau dipandang menumbuhkan kebahagiaan , kalau disuruh dia patuh, kalau ditinggal pergi dia dapat menjaga diri[3].